Oleh ; Bung eM *)
KONGRES tak terjadwal, tanpa schedule yang jelas, locus temporer -pun tidak diketahui apalagi para pesertanya tidak diketahui darimana asalnya, yang jelas “kongres” tersebut punya konsensus dan memutuskan bahwa ras terkuat dimuka bumi ada dua ; pertama Warganet (netizen), kedua “kaum emak-emak”—yang kedua jangan kita bahas dulu, cukuplah kita tahu sama tempe aja, yang penting konsensus tak jelas muaranya itu menyebutkan ; “jangan main-main dengan ras yang dua ini“— yang jelas keduanya sah dan absah dimata publik serta terukur dalam menakar sesuatu tentang layak dan patut.
Tulisan ini bagian dari ikhtishar (konglusif), ataupun natijah atas “gorengan” serta “aduk-adukan” para netizen terhadap jalur lintas jalan provinsi yang banyak muncul di FYP hampir semua aktivis warganet di berbagai media sosial, baik live maupun siaran ulang-nya.
Netizen berkabar via medsos, mereka menyebutkan bervariasi ocehan, gurauan, kritikan full serta hujatan kepada penguasa, tentang pemerintahan dinilai tidak konsisten dalam pembangunan, pemerintah alpa terhadap tugas dan kewajibannya, serta yang paling ekstrimnya hujatan tersebut mengatakan, kemana saja pajak yang kami bayar pak, kenapa jalan ini tidak diperbaiki, kemana saja APBD pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum dan kemana saja dana pemeliharaan rutin akses jalan provinsi ini, dan berbagai hujatan lainnya.
Oia, kita perkenalkan kepada penguasa provinsi Sumatera Barat terlebih dahulu, bahwa objek yang kita bahas adalah ruas jalan provinsi penghubung jalan dari Lintau ( Tanah Datar) menuju Kota Payakumbuh (kab.Limapuluh Kota), untuk menuju Pekanbaru (Riau) atau menuju Bukittinggi via Payakumbuh, tepatnya sepanjang dan sejauh-jauh mata memandang antara dua kabupaten tersebut, persisnya Pauh-Halaban-Bukik Alang Lawik–(disepanjang akses jalan provinsi Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota).
Ya, betul, itu asset dan ruas jalan provinsi yang merupakan kewenangan dan tanggungjawab pemerintah provinsi untuk membangun dan merehab dalam konteks pemeliharaan jalan Provinsi.
Faktual Investigasi empatzona.com, memang “benar juga kata netizen”, ruas tersebut hancur lebur, dan sulit untuk mencari alternatif guna menghindari lobang jalan “menganga” sebesar “kubangan kerbau” disepanjang jalan tersebut.
Tidak hanya kubangan kerbau,pak, mungkin bisa seukuran “Gajah Mandi”, dan bisa saja bagi pasangan Gajah untuk tidur berdua dan kawanan Gajah itu bisa saja “berseng**ma dan dilanjutkan dengan mandi besar secara bersamaan” ucap Syukri (55) warga Bukik Alang Lawik menyebutkan ihwal “hancur lebur-nya” ruas Provinsi tersebut.
Kerugian waktu dan kerusakan kendaraan yang melintasi ruas tersebut adalah “resiko” kontan yang harus diterima oleh pemilik kendaraan, dan kerugian langsung yang diperdapat warga sepanjang ruas itu adalah, tidak bisa mereka beraktivitas sepanjang jalan dengan berjualan kopi dan minuman lainnya; sarapan pagi atau menikmati kuliner sepanjang ruas itu akibat jalan hancur sehancur hancurnya.
Jika musim hujan, objek kubangan kerbau dan lubang besar yang menganga, untuk ukuran gajah mandi pasca ” sengg*ma” itu digenangi air, takut pemilik warung kecipratan percikan air saat digilas kendaraan lewat yang pengendara tidak mengetahui ada “kubangan kerbau” sepanjang jalan atau bisa jadi pengunjung warung mereka ikut mandi air kubangan secara gratis dari percikan air—- dan jika musim cuaca lagi panas, jalan berkabut dan menyebarkan kabut untuk menyeruak ke barang dagangan mereka didalam “parung gerobok” mereka, sehingga sajian yang disuguhkan kepada pengunjung terkesan barang berkabut, ini adalah bentuk kerugian langsung yang diterima pemilik warung sepanjang ruas Lintau-Pauh-Halaban-Bukik Alang Lawik-Pakan Sinayan-Kota Payakumbuh.
Disatu sisi, objek tersebut juga menjadi perlintasan truck dengan tonase tinggi dengan kapasitas 25-30 ton, yang melansir batu putih kalsium /mineral untuk di drop ke Stablad ataupun langsung dibawa ke Teluk Bayur (Padang), yang biasanya Truck Tronton (Louwhan) itu melintas di penghujung malam antara pukul 23-03 dinihari, karena ruas tersebut terlanjur hancur, jadi konsepnya “terkepalang hancur”, mumpung akan tetap disalahkan Truck bertonase tinggi jadi muara kesalahan, maka konsep pengemudi plus pengusaha batu kalsium/ mineral di sekitaran Bukik Halaban adalah “tanggung basah” dan “kepalang disalahkan”, karena akan tetap dituduh sebagai ” pengrusak jalan”.
Terlepas perusahaan penambang Batu Pecah dan atau Batu Mineral (kalsium) itu be-rizin atau tidak, yang pastinya ruas itu hancur lebur akibat lalai tanggungjawab pemerintah provinsi dengan tugas dan kewenangannya, sehingga “sontak berucap” , Gubernur dan Wakil Gubernur ( satu Paket Pemerintah Provinsi) yang sekarang “gagal” dan wajib diganti pada Pilgub mendatang.
Satukan suara, kontrak Politik dengan Cagub dan Cawagub mendatang pada Pilgub 2024 harus dibuat dan tertulis, harus punya program khusus untuk rute ruas jalan provinsi yang tersebar di sejumlah Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat, tidak mesti jalan dengan ruas Lintau-Limapuluh Kota saja, masih banyak objek yang hancur dan merupakan tanggungjawab pemerintah provinsi, dan kontrak ini harus ada, jika tidak serukan “Jangan Pilih Cagub Tak Visioner dengan Tanggungjawab Yang Seharusnya dipenuhi oleh mereka”[]
*)Penulis adalah; Pemred empatzona.com melintas, Senin,(05/08) untuk survey “info netizen”.