BUKITTINGGI,empatzona.com,- Jika tidak aral melintang Pemilihan Kepala Daerah hanya menunggu hari, dengan durasi waktu 90 hari lagi lebih kurang, hari pencoblosan 27 November dalam rangka pemilihan kepala daerah, provinsi dan kabupaten/ kota secara serentak di Indonesia.
Dikutip dari kiprahkita.com, (30/08), Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat (Sumbar) mengonfirmasi, sebanyak 56 pasangan calon (paslon) kepala daerah akan maju dalam Pilkada serentak 2024 di Sumbar, setelah masa pendaftaran resmi ditutup.
“Pendaftaran calon kepala daerah telah dilaksanakan selama tiga hari di KPU di setiap tingkatan, KPU telah menerima pendaftaran dua paslon gubernur dan wakil gubernur yang diajukan partai politik, sementara itu, di 19 kabupaten/kota, terdapat satu paslon perseorangan dan 53 paslon yang diajukan oleh gabungan partai politik,” kata Ketua KPU Sumbar Surya Efitrimen, Jumat (30/8/2024) sebagaimana dikutip empatzona.com dari kiprahkita.com baru-baru ini.
Untuk sosialisasi seluruh Paslon disetiap kabupaten/ kota di Indonesia sudah berlangsung secara mandiri dari masing-masing bakal calon semenjak satu atau dua tahun yang lalu, dan juga digadang-gadang ikut jadi kontestan pada pilkada tahun ini, sosialisasi itu bisa melalui baliho dan sticker tanda gambar maupun melalui media sosial yang sudah membumi saat ini, cuma saja begitu hari pendaftaran yang betul-betul dapat tiket untuk pencalonan dari pengurus Parpol pusat hanya beberapa orang saja.
Hal ini tentu saja disebabkan selain tidak sempurna lobing-lobing politik antar lintas Parpol dan dengan pengurus Parpol di tingkat Pusat (DPP), juga disebabkan minusnya pengaruh peningkatan elektabilitas melalui Elektronic Champaign (E-Campaign) atau kampanye secara elektronik.
Demikian disampaikan kepada empatzona.com oleh Akmal Hadi,S.HI,Gr,M.Pd selaku Praktisi Pendidikan di Kabupaten Agam belum lama ini usai menjadi narasumber dalam kegiatan Rapat Koordinasi Majelis Ulama Indonesia dengan Ormas se-kabupaten Agam di Hotel Pusako Bukittinggi.
Menurut Akmal, bahwa tadinya kita melihat betapa berjubelnya para bursa calon mengapung ke permukaan, hampir seluruh sudut kota, bahkan pelosok dusun diramaikan dengan tanda gambar sosialisasi para bursa bakal calon untuk songsong Pilkada, namun akhirnya seleksi alam dengan tereliminasi akibat minusnya dukungan yang berpotensi, sehingga mundur teratur.
Dikatakannya, mengingat peran media sosial menentukan saat ini, para “buzzer” boleh berkata macam-macam dengan bervariasi akun bodong, maka baik itu serangan terhadap lawan politik maupun dukungan untuk Paslon yang lain, maka peran media sosial sangat menentukan.
“Peran Buzzer di Medsos sangat menentukan, menang atau kalahnya Paslon peserta Pilkada, karena yang dominan bermain adalah penggiat Medsos”, kata Akmal yang juga Ketua FKPP Sumatera Barat ini menegaskan.
Ditambahkan Ketua PCNU Kabupaten Agam ini, masalah Pamor, Kharismatik dan pengaruh kedekatan emosional dengan calon pemilih tidak menentukan menangnya kontestan dalam Pilkada, yang berperan adalah Berbuat anehnya Buzzer di Media Sosial akan mempengaruhi elektabilitas Paslon.
“Jelaslah, jika Buzzer berani buat statement yang aneh-aneh di Medsos niscaya akan mempengaruhi menang atau kalahnya Paslon, karena peran Buzzer sangat menentukan” tegas Akmal mengakhiri.[red.ezc]