Oleh : AKMAL HADI *)
BAGAIKAN lampu petromak yang hampir kehabisan minyak tanah, ataupun lilin ukuran jari yang sudah mendekati akhir hayat-nya, hal ini juga terlihat cahaya yang sudah mulai redup akibat bakaran api kecil, dan tidak mungkin lagi rasanya menyala “abang ku”.
Demikian kondisi para buzzer-buzzer pilkada yang aktif lompat-lompat dan berselancar dimana-dimana arena media sosial, sekarang mereka kehabisan nafas kuota untuk melancarkan serangannya yang mestinya dilontarkan bagaikan melepas anak panah dari busurnya dan meskipun tidak terarah sama sekali dengan bertubi-tubi.
“Buzzer” si ahli fitnah dan mahir meng-gosip juga merupakan tukang gombal gembel pada semua lini media sosial, sekali lagi sekarang mereka kehabisan nafas segar berupa kuota internet, jagoan-nya “ntah kemana”, yang tadinya sang jagoan pada bertanya, “Buzzer-ku……” sekarang kalian lagi dimana [?].
Antara jagoan dan buzzer saat ini berada pada posisi ekor ujung, dan klimaks perjuangan, terlihat mereka saling kucing-kucingan laksana pemain “petak umpet” era 80-an, mereka saling merindukan, namun satu sama lainnya mendekati “babak belur”, padahal durasinya hampir berada pada titik finish.
Formulasinya, para “buzzer” sipenyebar fitnah dan hulubalang pangkal celakanya sengaja dikondisikan seperti itu oleh paslon, pendidikan mereka dibawah rata-rata, namun mereka punya tekad mem-“batu” untuk perjuangkan amanat jagoannya pada titik darah penghabisan, secara lahiriah mereka siap pasang kuda-kuda dan standby untuk hadapi serangan “buzzer” yang hulu ledaknya mendekati dahsyatnya rudal balistik milik “buzzer” pihak sebelah.
Ini perang paling hebat untuk dunia politik daerah yang merupakan “permainan” dan penuh sendagurau (la’iybun wa lah wa) dengan penuh tipu-tipu tanpa menambahkan “muslihat”.
“Buzzer” kehilangan jejak dan aroma tuan-nya, buzzer tidak punya pencahayaan positif untuk melihat mana shohib, mana musuh, hal ini disebabkan para “buzzer” belum dapat infus penyambung nafas yang nyaris “ngos-ngosan” pada titik puncak perjuangan yang akan dihelat lebih kurang 25 hari lagi.
“Buzzer” nya pada ling lung seperti orang ilang akal, jargonnya sudah semaput akibat dikutip tiap saat bagaikan ATM berjalan.
“Buzzer ku dimana sekarang, si ahli hujat dan siraja fitnah ku lagi ngapain, ini Jagoanmu masih disini, nyaris tumbang “[]
*) Penulis adalah Mahasiswa Program Doktoral UIN Bukittinggi, Ketua FKPP Sumatera Barat,Ketua PCNU Kab.Agam, Alumni MTI Candung,95, dan Pimpinan PonPes Ashabul Yamin, Lasi,Agam