Oleh ; Akmal Hadi *)
HARI ini, Kamis, pasaran Pon tanggal 29 Agustus,2024 Masehi, tepatnya 24 Shafar,1445 Hijriah, genderang politik itu mulai ditabuh seiring dengan dibukanya pendaftaran calon kepala daerah (Cakada) untuk songsong Pemilihan Kepala Daerah serentak November untuk periode 2025-2030 ke depan dari tanggal 27-29 Agustus.
Hari ini adalah finshing schedule pendaftaran bagi putra putri terbaik bangsa ini sebagaimana jadwal yang disuguhkan oleh pelaksana pemilu dari semua tingkatan berjenjang.
Tentunya kita menghargai semangat para kontestan yang semuanya tentu saja akan berbuat yang terbaik bagi daerahnya masing-masing dan sekaligus kita mengharapkan juga untuk betul-betul dalam hal pengabdian terhadap daulat daerah dan masyarakatnya dengan penuh ikhlas dan memaklumi kodrat sebagai umaraa‘.
Jangan takut dengan amanah yang berat, karena secara kodrati, semua kita pemangku amanah begitu berada di alam syahadah kita, dengan sabdaNYA ; ” Alastu birrabbikum…, seraya (kita) menjawab ” balaa syahidnaa”.
Akan tetapi yang terpenting adalah adanya itikad kesungguhan kita menjaga, memelihara dan menjunjung tinggi amanah rakyat yang sekaligus tentu saja amanah dari Allaah, jika ditaqdirkan salahsatu diantara kita sebagai pemenang champion pilkada periode ini.
Bagaikan dipelupuk mata, bahwa mungkin saja kita jumawa dengan pose dan karakter yang kita miliki, serta kemampuan full yang kita punya, sehingga ke -PeDe-an kita membumbung tinggi ke awan luar nalar dan minus fakta—-semua orang ingin jadi pemenang, jangan runner, karena runner-up artinya kita tersingkir, seharusnya winner sebagai pembawa tropi champion, bukankan itu yang kita citakan [?].
Paling tidak dalam sistim gugur kompetisi, pasti saja ada yang gugur dan tersingkir, dengan bervariasi pola kerja dan tata laku aproach methode (pendekatan), semuanya tergantung pada pribadi dan sekelompok pendukung baik partai politik maupun non partisan berupa relawan yang “Parami Alek”.
“Pintu ke sorga berpagar duri, jalan ke neraka berpagar “pinyaram“, pomeo usang yang perlu kita yakini, bahwa seiring dengan pomeo tersebut, pujangga / hukamaa’ juga menyebutkan “Kullu khairun mani’ ” ( bahwa setiap yang baik banyak rintangan).
Tak semudah membalik telapak tangan sembari menggoyangkan seluruh jemari, namun rintangan pasti ada bahkan tak jauh dari pelupuk mata,hal ini tergantung membuat dan menciptakan seni berpolitik dan dalam perperangan disebut oleh Sun Tzu (Jenderal ulung Negara Wu, penulis mahakarya militer The Art of War dan salah satu ahli strategi militer paling terkemuka dalam sejarah, dia menyebutkan dengan seni perang (The Art of War).
Ada ribuan seni perang yang tentu saja juga ribuan seni politik, setidaknya tantangan dan peluang Itu merupakan taqdir yang telah termaktub dalam lauhil mahfudz-Nya rabb kita.
Akhirnya Alquran mempertegas dengan Qulillaahuma maalikal mulka mantasyaau, watanziul mulka mimman tasyaa’u…. waallaahu a’laam []
Lasi, 29 Agustus,2024
*)Penulis adalah Ketua FKPP Sumatera Barat,Ketua PCNU Kab.Agam, Alumni MTI Candung,95, dan Pimpinan PonPes Ashabul Yamin, Lasi,Agam