Kurikulum Cinta, Implementasi Terhadap Toleran Dalam Keberagaman

- Jurnalis

Sabtu, 24 Mei 2025 - 00:59 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Akmal Hadi,S.HI,M.Pd,Gr *)

BUKANLAH Nahdiyyiin jika tidak punya empaty untuk suatu yang Pluralisme dan majemuk etnis, Nahdiyyiin adalah warga toleran dan anti intoleransi, Nahdiyyiin menebar cinta bukanlah mengumbar kebencian– warga Nahdliyyin menghargai perbedaan, jangankan sesama penganut ajaran yang satu bungkusan Syahdatain, beda akidah (Nonis) sekalipun Warga Nahdiyiin tetap menaruh cinta dan ber-empaty, intinya sesama makhluk adalah penebar cinta bukan penyebar kebencian.

Demikian disampaikan Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A menteri Agama dalam kabinet Merah Putih belum lama ini dalam sebuah acara yang bertajuk “Dialog Lintas Iman” : Harmoni Dalam Keberagaman.

Dihadapan ratusan Peserta dialog lintas Iman, yang terdiri dari Golongan Islam, Kristiani, Budhis, Hindu, Katolik dan aliran kepercayaan lainnya, salah seorang Rais PBNU Masa Khidmat 2022-2027 ini menegaskan, yang kita tebarkan itu adalah Cinta, bukan kebencian, kita pupuk konsep Mahabbah, jangan disuburkan kebencian, kita makhluk Allaah, yang diminta untuk mencintai bukan untuk membenci.

Keberagaman kepercayaan dan keyakinan serta majemuk-nya etnis ini merupakan rahmatan Lil ‘Alaamiin hakekatnya, ini perlu kita support dan kita lestarikan, karena sebanyak 6666 ayat firman Allaah, hanya mengisyaratkan kita untuk “Cinta”.

Baca Juga :  Lusa, Pengurus Wilayah DMI Gelar Seminar Kemasjidan & Tabligh Akbar, Sejumlah Tokoh Penting Hadir Di Auditorium UNP

Semua kita sependapat, bahwa Cinta adalah roh dari puncak amaliah peng-hambaan diri kepada-Nya, yang kemudian oleh salah seorang penganut Sufi ternama disebut dengan Maqam Mahabbah ( artinya : Tempat Mengasihi)

Sebagai orang nomor satu di kementerian agama, adalah tentu saja milik seluruh agama, meskipun ada Dirjend khusus yang mengurus lembaga kementerian lainnya, namun setidaknya Tokoh Penting Ormas NU sekelas Prof.Nasaruddin Umar telah mengimplementasikan toleransi beragama dalam keberagaman adat dan budaya yang akhirnya ber-natijah dengan kurikulum “Cinta” adalah bentuk toleransi terhadap Semua Makhluk atas nama “Cinta” dan kasih sayang, dan serta merta anti terhadap Penyebar Kebencian.

Terasa aneh dengan konsep “Kurikulum Cinta” bagi banyak orang (baca : awam), namun merupakan hal lumrah untuk ormas yang pro terhadap pluralisme dan keberagaman dengan satu nilai, “Saling Menghargai dengan Penuh Cinta dan Kasih Sayang”.

Nahdhatul Ulama memang begitu, warganya dimintai untuk saling menghargai perbedaan dan toleransi terhadap aliran kepercayaan dan keyakinan orang lain, karena hakekat kebenaran itu tentu saja milik al-Haq, dan kita cuma mendekati dan bercita-cita untuk jadi yang benar, maka yang benar itu adalah saling menghargai dengan penuh “Cinta”, dan bukan meng-abaikan bibit kebencian yang akhirnya menjadi “Penyebar Kebencian”.

Baca Juga :  Dimediasi Polres PayakumbuhMasyarakat Sariak Laweh Sepakat Buka Portal Jalan Menuju Ponpes

Kurikulum Cinta yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut tentu saja bukan yang bersifat kaleng-kaleng, namun ini perlu peng-wujud-an secara kongkrit dalam keseharian, bahwa tanpa Kurikulum cinta sekalipun, Cinta dan kasih sayang antar sesama makhluk adalah Puncak dari Toleransi itu sendiri jika dijalankan secara kaffah.

Kunci terakhir, firman Allaah telah batasi “….lakum dinukum waliya diin”, ini artinya kebebasan dalam meng-imani Allaah adalah hak azasi setiap manusia, bahkan dengan titah : ” ….laaa ikraha fid diin…” Juga merupakan sebuah isyarat bahwa kebebasan makhluk dengan anutannya adalah sebuah Jaminan dari sang Penguasa Alam, yang disebut dengan Rabbal ‘alaamiin…

Wallaahua’laam bish showwab []

*). Mahasiswa Program Doktoral UIN Bukittinggi, Raaisul ‘Aam Pondok Pesantren Ashabul Yamin Lasi Kabupaten Agam, Ketua PCNU Kabupaten Agam]

Berita Terkait

Hamba yang Fana, Allah yang Baqa
Selain Berbahasa Melayu, Disdik Riau Intens Dengan Program Bahasa Asing
Pengabdian Terbaik Untuk Kemajuan Pendidikan Provinsi Riau
Ketakutan Adalah Beban Pribadi, Keberanian Adalah Hadiah untuk Dunia
Saatnya Indonesia Merawat Optimisme dengan Aksi Nyata
Pendidikan Berbasis Kebijaksanaan :  Solusi Rasulullah untuk Masalah Kenakalan
Remaja
Gerindra Tanah Datar Segera Tempati Kantor Refresentatif
Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan dan Strategi di Lingkungan Pesantren
Berita ini 58 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 23:01 WIB

Hamba yang Fana, Allah yang Baqa

Minggu, 1 Juni 2025 - 11:29 WIB

Selain Berbahasa Melayu, Disdik Riau Intens Dengan Program Bahasa Asing

Rabu, 28 Mei 2025 - 23:06 WIB

Pengabdian Terbaik Untuk Kemajuan Pendidikan Provinsi Riau

Sabtu, 24 Mei 2025 - 22:35 WIB

Ketakutan Adalah Beban Pribadi, Keberanian Adalah Hadiah untuk Dunia

Sabtu, 24 Mei 2025 - 13:13 WIB

Saatnya Indonesia Merawat Optimisme dengan Aksi Nyata

Berita Terbaru

Ekslusif

Hamba yang Fana, Allah yang Baqa

Selasa, 17 Jun 2025 - 23:01 WIB

Ekslusif

Pengabdian Terbaik Untuk Kemajuan Pendidikan Provinsi Riau

Rabu, 28 Mei 2025 - 23:06 WIB

Ekslusif

Saatnya Indonesia Merawat Optimisme dengan Aksi Nyata

Sabtu, 24 Mei 2025 - 13:13 WIB