TANAH DATAR, empatzona.com,-Kegiatan rutinitas yang diemban para “pemburu receh” pedagang keliling ke sekolah-sekolah ternyata tidak hadirnya sebagai gerombolan yang tidak terarah dan terukur pada sekolah yang mereka jadikan sebagai tujuan, justru kehadiran pedagang asongan keliling dengan Sepeda Motor plus Box Kayu ini datang dengan tertib tanpa merugikan dan mengganggu aktivitas lainnya di lingkungan sekolah.
Pantauan media ini di lapangan,Rabu [24/07] terlihat pada beberapa sekolah yang dikunjungi para pedagang asongan tersebut sangat ditunggu kehadiran mereka dipintu gerbang sekolah oleh para siswa dengan tertib tanpa mengganggu ketertiban dijalan bagi pengguna jalan.
Dari pembicaraan empatzona.com di lapangan dengan Al (35) salah seorang pedagang keliling dengan asongan box dan sepeda motor tersebut mereka merupakan bagian dari anggota organisasi Ikatan Pedagang Keliling Batusangkar (IPKBS) yang selalu beroperasi dan menjajakan dagangannya ke sekolah-sekolah SD, SMP dan tempat sekolah Mengaji (TPA).
Dikatakan Al, bahwa kehadiran kami memang tidak lebih dari pencari nafkah untuk anak dan isteri serta untuk kebutuhan keluarga dirumah, bukan untuk mencari kekayaan, tapi ini pekerjaan yang bisa kami lakukan, yang jelas kita sabar dalam menjalankan usaha ini, katanya.
Terkonfirmasi di lapangan, dari banyaknya pedagang keliling, sebagian besar diantara kami sudah masuk organisasi IPKBS, sementara yang lainnya juga ada yang belum.
Namun masuk organisasi atau tidak, tentu merupakan hak masing-masing mereka, yang jelas kami sudah tergabung dalam sebuah wadah organisasi IPKBS,ulasnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Saf (40) yang juga anggota IPKBS, kepada empatzona.com bahwa ini bagi kami profesi mulia, karena ini merupakan bentuk “cari rezki” dengan cara kami, yang jelas tujuannya mencari nafkah dengan cara halal dan baik.
Pangsa pasar /pelanggan kami rata-rata anak sekolah, anak ngaji, karena memang tujuan tempat kami berjualan adalah sekolah-sekolah dan tempat anak-anak ngaji.
Ketika ditanya mengenai adanya kendala di lapangan, Saf menjelaskan, kendala tentu ada, tapi semuanya kembali disadari secara natural aja.
“Kendala di lapangan tetap ada, tapi semua teratasi dengan baik, seperti adanya komplein dengan pedagang setempat, dan bentuk kendala lainnya, tapi semua teratasi dengan baik dan saling memaklumi satu sama lain” urai Saf mengakhiri.[AY.ezc]