Oleh: Dr. Charles, M.Pd.I *)
KENAKALAN remaja kian menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan, Laporan KPAI
(2023) mencatat bahwa lebih dari 2.200 kasus kenakalan remaja ditangani sepanjang tahun,
meliputi tawuran, penyalahgunaan narkoba, hingga pornografi, angka ini belum mencakup
kasus-kasus tersembunyi di lingkungan keluarga dan sekolah yang tidak terlaporkan.
Pertanyaannya, pendekatan seperti apa yang seharusnya kita tempuh [?].
Saat ini, banyak sekolah masih mengandalkan sistem disipliner yang keras, bahkan
cenderung hukuman fisik dan skorsing, Padahal, pendekatan seperti itu sering kali gagal
menyentuh akar persoalan, Inilah saatnya pendidikan kita kembali kepada nilai hikmah
(kebijaksanaan), sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan pentingnya pendekatan rahmah (kasih sayang) dan hikmah dalam
menghadapi penyimpangan perilaku.
Pendidikan yang Memanusiakan,
Tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, menekankan bahwa pendidikan sejati
harus memerdekakan jiwa, hal ini disampaikan dalam falsafahnya:
“Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”
Artinya, pendidikan tidak cukup hanya memberi ilmu, tetapi harus menyentuh nurani dan
membentuk karakter, Kenakalan remaja sering kali bukan karena kurang pengetahuan,
tetapi karena tidak mendapatkan ruang untuk didengarkan dan dibimbing secara arif.

Teladan Hikmah Rasulullah
Kisah pemuda yang datang meminta izin berzina kepada Rasulullah SAW adalah ilustrasi abadi pendekatan penuh hikmah, dan Rasulullah tidak menghakimi, melainkan membuka ruang dialog dan menyadarkan melalui empati — Pemuda itu akhirnya bertobat dan menjadi pribadi yang saleh.
Begitulah pendekatan transformasional, bukan represif, Inilah juga yang ditekankan oleh
Prof. Howard Gardner, pencetus teori Multiple Intelligences, bahwa:
“Education is not just about teaching facts, but cultivating understanding, empathy, and wisdom.”
Kebijaksanaan sebagai Pilar Kurikulum
Sayangnya, nilai hikmah masih belum menjadi bagian sistemik dalam kurikulum kita, Padahal, hikmah dalam Islam adalah buah dari tafaqquh fi al-din—pendalaman makna kehidupan dan agama. Pendidikan berbasis kebijaksanaan adalah upaya menyatukan akal,
hati, dan tindakan.
UNESCO dalam laporan Education for Sustainable Development (2020) menyebutkan bahwa pendidikan abad ke-21 harus mengembangkan “compassionate intelligence” dan
“transformative pedagogy”—pendidikan yang membentuk manusia utuh dan mampu
menyelesaikan konflik dengan nilai kemanusiaan.
Solusi Praktis dan Kolaboratif
Langkah konkret bisa dimulai dari:
1) Pelatihan guru dalam pendekatan pedagogi empatik dan reflektif, bukan hanya metodologi teknis. 2)Revitalisasi bimbingan
konseling dengan pendekatan psikologi Islam dan spiritualitas.
3) Kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan kasih dan tanggung jawab moral.
Penutup :
Pendidikan berbasis kebijaksanaan bukan pendekatan kuno, melainkan solusi masa depan.
Dalam hikmah, kita diajarkan bahwa setiap jiwa berharga untuk diselamatkan, bukan
dikorbankan oleh sistem yang kaku, Sebagaimana Rasulullah SAW menjadi pendidik yang
menyembuhkan luka, bukan menghukum semata, kita pun harus mendidik dengan hati yang
bijaksana dan Pendidikan yang menghidupkan nilai-nilai hikmah adalah jalan menuju generasi
yang bukan hanya cerdas, tapi juga arif dan manusiawi.[]
*). Dr. Charles, M.Pd.I. adalah dosen UIN Bukittinggi dan peneliti bidang Pendidikan Islam.