Peran Pranata Sosial dalam Menangani Isu Pekerja Anak di Indonesia

- Jurnalis

Kamis, 28 November 2024 - 09:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy


Oleh: Mardhiyah Khairun Nisak *)


Pendahuluan

Permasalahan mengenai pekerja anak di Indonesia menjadi salah satu isu sosial yang memprihatinkan, fenomena ini tak jarang disebabkan oleh keluarga yang terjerat kemiskinan dan kurangnya akses pendidikan bagi mereka, serta kurang kesadaran mengenai hak hak anak.

Hak anak adalah hak hak asasi yang melekat pada setiap anak, dan berfungsi sebagai dasar bangunan dari budaya penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Ada 4 dasar hak anak berdasarkan Konvensi Hak Anak (KHA), yaitu Hak Hidup, Hak Tumbuh Kembang, Hak Perlindungan dan Hak Partisipasi.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja anak di Indonesia pada Tahun 2023 mencapai 1,01 juta orang. Jutaan anak Indonesia bekerja dalam berbagai sektor, seperti pertanian, perikanan, sektor jasa, dan industry. Kondisi ini mengancam hak anak dalam memperoleh pendidikan yang layak dan merampas masa kanak kanak mereka.

Latar Belakang

Pekerja anak adalah istilah yang merujuk pada mempekerjakan anak anak dibawah umur dengan maksud mengeksploitasi anak anak untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya, merugikan anak secara fisik, mental, sosial, ataupun moral. Menurut (KPPA & BPS, 2019), Pekerja anak merupakan penduduk usia 5-17 tahun yang melakukan kegiatan ekonomi, minimal satu jam berturut turut tanpa terputus dalam periode seminggu dengan tujuan memperoleh pendapatan atau imbalan dalam bentuk lain.

Penyebab utama yang mempengaruhi eksploitasi pekerja anak adalah kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Karena, seringkali keluarga yang terjerat kemiskinan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan dan papan, maka karena inilah anak anak dianggap sebagai sumber pendapatan tambahan bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan dan biaya hidup sehari hari.

Faktor yang kedua adalah kurangnya akses pendidikan karena biaya sekolah yang mahal dan sekolah yang terlalu jauh dari tempat tinggal karena akses transportasi yang tidak memadai didaerah terpencil. Faktor selanjutnya adalah, kurangnya mendapatkan perhatian orang tua seperti kasih sayang dan pendidikan.

Pekerjaan yang dilakukan oleh anak anak tersebut seperti menjual barang dagangan seperti tisu dan lain-lainnya di jalan raya dan di atas bus, menjadi pengamen jalanan, memakai baju boneka di jalan raya , membantu bekerja di ladang ataupun bekerja di pertambangan seperti mengangkat batu dan pasir. Hal ini mengakibatkan hak hak anak tidak terpenuhi berupa hilangnya masa kanak kanak karena ikut serta mencari nafkah serta dapat merugikan keselamatan dan tumbuh kembang anak.

Pemerintah Indonesia telah berupaya menangani isu ini melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang memberikan perlindungan atas hak hak anak, termasuk dengan hak bebas dari eksploitasi ekonomi. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang larangan anak anak yang bekerja dibawah umur 18 tahun. kecuali pada umur 13-15 mereka dapat melakukan pekerjaan ringan asalkan tidak membahayakan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak.

Selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diatas, dapat dilakukan melalui  peran pranata sosial. Pranata sosial adalah seperangkat aturan yang bersifat abstrak yang bergerak dalam masalah sosial kemasyarakatan yang memiliki peran penting dalam menangani isu pekerja anak di Indonesia, beberapa pranata sosial yang berperan dalam konteks ini yaitu:

1. Pranata Keluarga

Keluarga adalah tempat dimana seorang anak pertama kali mendapat pendidikan, dalam hal ini tentulah keluarga harus berperan dalam melindungi, mengayomi, dan memastikan anak mendapatkan haknya. Orang tua pun harus paham tentang pentingnya masa kanak kanak yang sehat, kesadaran akan pentingnya Pendidikan dan tidak memaksa anak untuk bekerja pada usia dini.

2. Pranata Hukum

Dalam hal ini, pemerintah menetapkan aturan dan perundang undangan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah harus memastikan bahwa undang undang ini diterapkan secara tegas dan tidak ada anak dibawah umur yang dipekerjakan secara illegal.

3. Pranata Pendidikan

Sekolah dapat berperan dalam menangani pekerja anak dengan memastikan anak anak tetap dapat melanjutkan sekolah melalui pengadaan program beasiswa atau program pengurangan biaya sekolah.

4. Pranata Ekonomi

Pemerintah dapat memberikan bantuan sosial kepada masyarakat miskin dalam Langkah menghindari peningkatan pekerja anak, bantuan sosial ini seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Bantuan Sosial Tunai (BST) dan lain lain.

5. Peran

Lembaga/Kementerian/Pemda
Pemerintah juga berperan dalam melaksanakan Program Pendidikan bagi anak-anak yang tidak sekolah dan anak-anak yang putus sekolah sehingga anak-anak tersebut memperoleh pemahaman akan pentingnya pendidikan sekolah sebagai persiapan bekal memperoleh pekerjaan sesuai kompetensi yang diiinginkan anak-anak tersebut. Beberapa Lembaga yang menangani isu pekerja anak ini adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), PAACLA Indonesia, dan lain lain.

KESIMPULAN

Pekerja anak adalah isu yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemiskinan, rendahnya akses Pendidikan, serta kurangnya kesadaran akan hak hak anak. Anak anak yang menjadi pekerja sering menghadapi kondisi kerja yang berbahaya, serta kehilangan kesempatan untuk mendapat Pendidikan yang layak, yang akhirnya hal ini berpengaruh pada perkembangan kondisi mental, fisik, dan social anak.

Untuk itu perlulah peran pranata social disini sebagai suatu system norma dan institusi yang mengatur kehidupan bermasyarakat seperti pranata keluarga, hukum, Pendidikan, ekonomi, dan juga peran institusi atau kementerian.[]

Baca Juga :  Ketua PCNU Agam Hadiri Konferwil GP Ansor Sumatera Barat

*) Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand

Berita Terkait

Kenakalan Remaja Mencemaskan, Pemondokan Solusi Tepat Sebagai Antisipasi
Transformasi Model Pendidikan a-la “Kitab Gundul” Di Pesantren dan Modern
Pemondokan ;  (Pendidikan Pondok) Alternatif Tepat Untuk Dzurriyat Kedepannya
Pembelajaran Ramadhan Porsir Muatan Akidah Dan Adab, Peserta Terlihat’ Antusias
Refleksi “Retret” Di Akmil Magelang
UPT SDN 04 BARINGIN, GELAR KEGIATAN LOMBA ANTAR SISWA
Haul ke-76 Ibrahim Datuk Tan Malaka, Ibratama Gelar Diskusi Publik Dirumah Gadang Tan Malaka
PN Batusangkar Sosialisasikan Administrasi Perkara Dan E-Court
Berita ini 35 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 15 Maret 2025 - 22:03 WIB

Kenakalan Remaja Mencemaskan, Pemondokan Solusi Tepat Sebagai Antisipasi

Senin, 10 Maret 2025 - 20:56 WIB

Transformasi Model Pendidikan a-la “Kitab Gundul” Di Pesantren dan Modern

Sabtu, 8 Maret 2025 - 17:38 WIB

Pemondokan ;  (Pendidikan Pondok) Alternatif Tepat Untuk Dzurriyat Kedepannya

Jumat, 7 Maret 2025 - 16:38 WIB

Pembelajaran Ramadhan Porsir Muatan Akidah Dan Adab, Peserta Terlihat’ Antusias

Jumat, 28 Februari 2025 - 11:21 WIB

Refleksi “Retret” Di Akmil Magelang

Berita Terbaru

Agam/Bukittinggi

Kenakalan Remaja Mencemaskan, Pemondokan Solusi Tepat Sebagai Antisipasi

Sabtu, 15 Mar 2025 - 22:03 WIB