Oleh ; AKMAL HADI *)
SAKIT mu tidak seberapa, erangan penyaksimu yang melebihi bagaikan ajal menjemput takdirnya, padahal bagian kecil kulitmu terkena gigitan serangga ataupun nyamuk kecil yang “nyasar” masuk dicela selimutmu yang tidak terpasang dengan rapat.
Itu disebabkan karena pentilasi pada saat waktu magrib secara berkebetulan tidak tertutup dengan rapat, tak perlu bakar baygon dan obat basmi nyamuk lainnya ntuk basmi nyamuk kecil, singkirkan kertas hit beraneka aroma itu, karena khawatir terganggunya paru-mu di usia senja.
Cukupkan saja aktivitas rutinmu untuk membuang bejana dan kaleng kosong yang mungkin saja suatu saat menampung curah hujan maupun gerimis kecil—cemas bercampur “syak wa sangka” suatu saat jentik-jentik kecil ber-metamorfosis jadi nyamuk yang bakal gerogoti liang selimutmu yang terbuka.
Terlanjur sudah, kutil kecil yang disebabkan karena kurangnya body-mu dalam proses sterilisasi, meskipun saban waktu mukamu kau basuh, seluruh lobang kau “istinja‘i”, hadas kecil kau sucikan dengan cara berwudhuk sesuai biy syaraaithil makhshushoh (syarat tertentu), namun satu yang kau lupakan tentang annatshoofatu minal iimaan, yaitu adalah makna hakekat untuk seluruh penafsiran “Natshif” (kebersihan), hati, raga, dan seluruh yang membungkus atma-mu, sehingga kutil kecil yang tidak sengaja terpelihara, dan akhirnya “meruyak”dan menjalari sebagian tubuhmu.
Di-klaim sebagai pandemi, bahkan penularannya kutil kecil tadi dianggap sebagai penyebar besar, padahal sesungguhnya tidak demikian, cuma si penyaksi yang pandang bahwa itu pandemi yang ber-halusinasi dengan kondisi kutil kecilmu.
Kutilmu sudah dibuang, prosesnya sudah sesuai ketentuan yang ada, Jangankan kutil kecil yang jadi parasit ditubuh paling kecil itu, pemilik kutil sendiri sudah “out“, dan menapak taqdir baru-nya.
Tubuh besarmu adalah, objek dan tempat gamblengan banyak orang-orang hebat, paling tidak tubuh raksasamu adalah dimana dilahirkan embrio kecil yang bakal jadi orang-orang sukses dari semua lini peradaban, dan semua lembaga baik formal maupun non formal.
Politisi mumpuni, pendekar hukum dari semua tatalaku, tekhnokrat, penjaga sunnah rasul ahlussunah waljamaah, pendekar syari’ah, ahli thoriqoh dan mursyid hebat telah engkau erami dan menetas dan beranjak dewasa telah lahir dari rahim sucimu, sesuci hati dan tekad pendirimu sebagai salah satu Madrasah Terbesar di Sumatera dengan label Pondok Pesantren.
Madrasah mu, madrasah Ku, ya Pondok Kita, tempat kita diasah dan diasuh, di-gambleng mandiri dan berdikari, sekarang dirimu disakiti, sama halnya diriku telah disakiti, kita siap dengan seluruh upaya peng-kerdilan terhadap mu, musuh mu adalah musuh kami juga, namun na’uzubillah, kami maklum dan mafhum, engkau ternyata tidak “punya musuh”, engkau tetap Istiqomah dengan ” faa ashlihu baina akhawaikum”.
Bertekad selalu bersama ajaranmu, kami siap terdepan untuk mu, “Tabujuo Lalu, Tabulintang Patah” #We Stand, With PP MTI Candung“, pulih lah Pondok ku, segarkan raga dan atmamu yang terzholimi.[]
*)Akmal Hadi,S.HI,Gr.M.Pd, adalah Ketua FKPP Sumatera Barat, Alumni MTI Candung,95, dan Pimpinan PonPes Ashabul Yamin, Lasi,Agam.