Dilansir dari Tempo.co, Minggu (07/08) Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) lewat unggahan di media sosialnya pada Sabtu, 6 Juli 2024, menyebut akibat agresi berkelanjutan Israel di Jalur Gaza, anak-anak di wilayah konflik itu menghabiskan waktu hingga 8 jam sehari hanya untuk mendapatkan makanan dan air bersih.
Anak-anak di Gaza bisa menghabiskan 6—8 jam sehari mengumpulkan air dan makanan, bahkan mereka harus membawa beban berat dan berjalan jauh.
“Fasilitas sanitasi dan infrastruktur rusak parah, sehingga memaksa ribuan keluarga mengandalkan air laut untuk mencuci, mandi, dan bahkan minum,” kata badan PBB tersebut.
Israel tak kunjung menghentikan penyerbuan ke Jalur Gaza meski Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel, melalui putusannya yang bersifat mengikat, untuk menghentikan serangan di Rafah yang diduga melanggar Konvensi Genosida.
Serangan Israel ke Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan setidaknya 38.089 warga Palestina dan melukai lebih dari 87.705 lainnya.
Selain itu, setidaknya 10 ribu orang masih belum diketahui nasibnya dan diduga masih tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat bom Israel.
Organisasi internasional dan Palestina menyebut sebagian besar korban yang tewas dan cedera adalah perempuan dan anak-anak.
Agresi Israel juga menyebabkan hampir dua juta warga Palestina terusir dari tempat tinggalnya, sehingga menyebabkan eksodus pengungsi Palestina terbesar sejak tragedi Nakba pada 1948.
Sebagian besar dari mereka terpaksa mengungsi di kota Rafah yang berbatasan dengan Mesir.
Terbaru, setidaknya 16 orang tewas dalam sebuah serangan Israel di Gaza tengah ke sebuah sekolah yang dijadikan tempat pengungsian oleh keluarga-keluarga Palestina pada Sabtu, 6 Juli 2024.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan serangan Israel itu mengincar militan.
Serangan Israel kemarin persisnya menyerang sekolah di Al-Nuseirat. Selain korban tewas, lebih dari 50 orang mengalami luka-luka dalam serangan itu.(Dikutip dari Tempo.co/ed.ezc]