Akmal Hadi : “Ini Ibadah Badaniyah, Yang Tau adalah Pribadi dan Tuhannya”
LUBUK BASUNG,empatzona.com,-Perilaku dan cara orang bermu’amalah (bergaul) dan berpenampilan dalam beribadah pada bulan Ramadhan ini bermacam corak dan bervariasi, tergantung kepada individu dan personal-nya masing-masing, kadang dilihat dalam tampilannya seperti ahli ibadah tak ketolongan, bahwa Ramadhan seolah-olah dia yang punya sendiri, orang lain dianggap tidak punya dan tidak berhak dengan kehadiran bulan Ramadhan ini.
Bisa jadi kita melihat orang seperti tidak puasa sama sekali mengingat dia bukan ahli ibadah ataupun bukan dari muslim yang taat, tapi justru amal ibadahnya dalam bulan Ramadhan seperti tidak ada yang ketinggalannya sama sekali.
Melihat bervariasinya tingkah laku orang-orang di bulan Ramadhan ini berikut kami hadirkan edisi ekslusif wawancara khusus dengan salah seorang tokoh agama berpengaruh di Kabupaten Agam, Ustad Akmal Hadi,S.HI, M.Pd,GR saat ditemui media ini di Ibukota Kabupaten Agam Lubuk Basung, Selasa (04/03) di halaman masjid usai sholat zhuhur.
empatzona (ez) : bagaimana menurut ustad tentang penetapan awal Ramadhan tahun ini dari kacamata Khilafiyah ?
Akmal Hadi (AH) ; Secara khilafiyah memang ada perbedaan, itulah yang dinamakan khilafiyah, tapi khilafiyah dalam ibadah, khusus untuk puasa Ramadhan ternyata tidak ada yang buat perpecahan di kalangan penganut agama.
ez : itu artinya apa ustad?
AH : itu artinya perpecahan tidak bisa ditimbulkan karena sebab khilafiyah, dan Umat muslim saat ini sudah mulai dewasa dalam memahami artikulasi dari Khilafiyah, khilafiyah itu adalah Rahmat, dan berbeda pendapat itu adalah bagian dari dinamika ijtihad.
AH : khilafiyah adalah bentuk dinamisasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tatacara beramal, karena yang di ikhtilafkan itu adalah masalah furu’iyyah, masalah cabang dan bahkan ranting dari Ilmu Pengetahuan, biasanya ranah Khilafiyah itu adalah masalah ibadah sunnah yang hukumnya mubah, atau al ibahah (boleh).
ez : terus bagaimana dengan penentuan awal Ramadhan kemaren ustadz ?
AH : itu kan, bisa kita lihat bersama, tidak ada yang berbeda, meskipun ada perbedaan masalah awal hilal namun tidak ada perpecahan, sampai hari ini kita masih beribadah dengan tenang,dan tidak ada kekacauan, sekali lagi, ini adalah bentuk kemajuan umat Islam yang majemuk dan pluralisme dalam bidang ilmu pengetahuan, khusus masalah falakiyah.
Orang falakiyah, yang mempelajari ilmu perjalanan bintang, bulan dan matahari, serta tata Surya lainnya memang begitu, ketika falakiyah masuk ke ranah fiqh (Syari’at), maka outputnya adalah khilafiyah, sebenarnya ibadah itu keyakinan, lanjut Uskam sapaan akrabnya Buya Akmal Hadi yang juga merupakan ketua PCNU Kabupaten Agam ini.
Disela-sela wawancara dengan Uskam, dia mengatakan yang puasa banyak, yang menahan sedikit, semuanya tergantung pribadi masing-masing dan ini merupakan ibadah Badaniyah yang tahu hanya dia dan Allaah Tuhannya, tegas Uskam.
ez : terus bagaimana dengan orang yang puasa dan tidak mendirikan sholat tarawih Ustad?
AH : nah ini juga masalah nih, padahal puasa wajib hukumnya, tarawih adalah sunnat, namun bagi banyak orang menyebutnya ibadah wajib harus disempurnakan dengan ibadah sunat, begitu juga halnya dengan puasa ini, puasa Ramadhan hukumnya wajib, maka ibadah sunnat adalah penyempurnaan dari ibadah wajib kita.
Dan meskipun ibadah sunnah, tapi ini anjuran untuk qiyyaamul lail, salah satunya perbanyak ibadah-ibadah sunah (t), tahajud, sholat taubat, sholat tasbih, termasuk didalamnya sholat taraweh, ini bagian dari penyempurnaan ibadah wajib kita.
AH : dalam beribadah bukankah kita selain mencari ridho Allaah, kita juga mengharapkan ibadah yang sempurna, tidak berat kan untuk tarawih, apa salahnya kita ikut tarawih.
Lagian sholat tarawih itu meringankan badan kita, ketika diisi penuh waktu buka puasa, kemudian kita hancurkan dengan sering rukuk dan sujud secara berjemaah.
Dalam hadist Rasulullah juga disebutkan, bahwa dihancur makanan dalam perutmu dengan banyak ibadah, ya seperti rukuk dan sujud, lebih kurang begitu hadis nabi mengatakan.
ez ; terus masih ada yang enggan untuk melaksanakan tarawih ya ustad ?
AH : iya itu kembali kepada personal dan individu masing-masing, karena ini ibadah, sepenuhnya terpulang kepada pribadi masing-masing dan kita tidak bisa memaksa orang tersebut untuk beribadah.
ez : walaupun begitu berarti dakwah kita tetap jalan dan meskipun tidak didengar ustad ?
AH : sifat ini yang tidak boleh,ini namanya putus asa, dan pendakwah itu tidak boleh putus asa, itu (dakwah) kewajiban kita toh .. Allaah perintahkan kita ud’uu ilaa sabili ….dan waltakun mingkum ummatuy yad’uuna ilal khair….ini (dakwah) perintah wajib ..mau ada yang ngikuti dakwah kita atau tidak itu urusan mereka.
ez : ok, begitu ya ustad, terimakasih ya Ustad atas waktunya..
AH : sama-sama, sekali lagi Dakwah tidak ada rasa jenuh dan bosan ya ..ini kewajiban, itu yang penting, jalankan dakwah terus, jika masih sehat dan fresh berdakwalah, karena itu bagian dari ibadah.
Pewawancara: Jurnalis empatzona.com.
Hari / tanggal ; Selasa/ 04 Maret,2025 / 04: Ramadhan, 1446 Hijriyah.