Peramal Tak “Meramal”;Pemenang Pilkada Adalah  Yang “Sholeh dan Cerdas”

- Jurnalis

Minggu, 24 November 2024 - 16:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh ; Bung eM*)

AHLI nujum sering dipersamakan dengan tukang ramal (Peramal), dan peramal ada juga disebut dengan dukun, dan bahasa sehari-hari kita identik dengan orang pandai, padahal istilah Peramal merupakan sebutan untuk orang yang cenderung membeber hasil ramalannya, dan istilah ini juga agak sedikit pas untuk menyebutkan dengan “Prediksi” atau “Prakiraan” untuk istilah “Prakiraan Cuaca”.

Buah ramalan dan prediksi (prakiraan) tersebut dianggap sebuah inti dari sesuatu hal dan akhirnya barometer untuk bertindak guna melangkah untuk sesuatu, padahal semuanya hanya bersifat prediksi.

Akan tetapi, sesungguhnya hasil ramalannya peramal selalu dikonsumsi “mentah-mentah” oleh sebagian orang dan jadilah sebuah kesimpulan yang dianggap final dan mengikat.

Ahli nujum, peramal, dukun (thabib), orang pandai dan tukang prediksi dan yang suka memprakirakan sesuatu sampai hari ini belum ada satupun yang kantongi sertifikat “ahli” yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikat Profesi (BNSP) secara Nasional ataupun lembaga swasta lainnya yang berwenang untuk itu, tidak ada.

Saya peramal, dan tukang prediksi sekaligus suka memberikan prakiraan, karena kita dibekali dengan ilmu meramal dan memperkirakan dengan membaca tanda-tanda alam, hal ini diajarkan oleh tetua kita terdahulu, seperti; “Gabak dihulu tando kahujan, cewang dilangik tando kapaneh”, atau , Kalau ka jadi mancik, dari ketek lah nampak runciang ikuonyo, kalau ka jadi rimau, kok ndak ka balang, dari ketek lah tampak rintiek nyo, dan lain sebagainya,  inilah dasar ramalan saya.

Baca Juga :  Bupati Sambut Kepulangan Ratusan JH Asal Tanah Datar

Kita orang sini hebat-hebat untuk meramal sesuatu, terlalu pintar memberikan fatwa hasil prediksi liar kita, namun sayangnya, kita alpa untuk meramal dan prediksi terhadap diri kita sendiri, sehingga lebih suka meramal banyak orang.

Terlepas dari hobi dan suka meramal itu, meskipun tidak sepenuhnya diterima orang banyak,  paling tidak saya akan sebutkan hasil prediksi liar secara umum perolehan hasil pilkada, namun saya yakin “blunder” untuk kalangan tak sependapat dan haqqul Yaqin diterima oleh kalangan yang biasa menerima ramalan.

Dikatakan hasil rukyah nujum, bahwa Pemenang Pilkada disemua tingkatan itu adalah didominasi perpaduan antara orang sholeh yang cerdas (fathonah), dengan pasangan konvensional dan tidak terlalu sholeh, dan rada-rada juga tidak terlalu pintar.

Warga kita sudah fanatik dengan kriteria penilaian, pertama penilaian adalah tingkat kesholehan dan rendah hati seseorang dan tidak mudah terprovokasi dengan hal-hal yang bersifat memancing untuk yang seharusnya boleh untuk terpancing.

Kriterianya juga bukan dari hasil bangku pendidikan akademis dari perkuliahan Sabtu-Minggu, dan jika dari basic seorang pengusaha, juga tidak merupakan hasil usaha dari penerus orang tuanya (Warisan), dan jika berasal dari birokrasi maka tidaklah dari orang yang pernah dilabeli dengan sebutan “oknum” dan untuk melengkapi kriteria ini, bahwa jika berasal dari jalur politisi, maka status politisinya bukanlah hasil “dongkrak” orang dalam ataupun kader dadakan untuk partai politik.

Baca Juga :  Pjs.Wako Bukittinggi Silaturrahmi Dengan Walikota 2 Periode 

Rakyat kita sudah pintar, grassroot (akar rumput) dari kasta terendah sekalipun sudah mulai paham dengan politik pilkada, sama dan serupa halnya tentang sudah paham menghadapi timses Caleg semua tingkatan, saking “lihai-nya” warga tersebut paham bagaimana menghadapi timses dan tim pemenangan serta relawan yang datang untuk “blusukan” dan menunggu penyerang shubuh dalam serangan fajar.

Warga sudah sangat mengeri arti sebenarnya lirik nyanyi waktu balita dulu dengan salah satu baitnya “puok ami-ami, bilalang kupu-kupu….”, yang jelas “terima dulu uangnya, soal siapa dipilih itu hak demokrasi kita…”.

Pilihan ghaib secara demokrasi  yang tidak kongkrit adalah teka-teki bisu yang belum terjawab sampai saat ini, bahkan seorang saksi dari paslon nomor 10, bisa jadi mencoblos paslon nomor 20, atau sebaliknya, semuanya terkunci dan rahasia, jika tidak diucapkan dihadapan banyak orang niscaya tidak ada yang mengetahui bahwa dia coblos siapa.

Saya tak peduli, apakah ramalan saya akan jadi referensi baku dan final yang harus di ikuti sebagaimana patuhnya umat terhadap fatwa seorang imam, yang pastinya saya tetap sampaikan hasil ramalan ini, bahwa Pemenang Pilkada adalah, ; Orang Sholeh nan Cerdas, dan maaf,  saya tidak pernah meramal diri ini.

Wallaahua’laam bish showwab []

*) Penulis adalah Pemred empatzona.com, dan Advokat aktif pada IKADIN

Berita Terkait

Libur Sekolah, IPKTD Gelar Pasar Kulliner Pada Sejumlah Nagari
Politisi Muda Itu Jadi Terdakwa, Prapid-nya Batal Demi Hukum
NAGARI BARINGIN, PELOPORI BATIK “Eco Print”
PWNU Sukses Helat Konferwil, Prof Ganefri Kembali Pimpin NU Sumbar
Jika Orientasi-nya Untuk Kemaslahatan, Pencoblosan Kemaren Adalah Ibadah Massal Demokrasi
Hasil Rekapitulasi KPU Payakumbuh, ZuZema Unggul
Akmal Hadi : Pilkada Usai Sama Halnya “Biduk Lalu Kiambang-Pun Bertaut”
Anak Nagori Koto Nan Ompek Sepakat  Dukungan Al-JH
Berita ini 104 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 21 Desember 2024 - 12:15 WIB

Libur Sekolah, IPKTD Gelar Pasar Kulliner Pada Sejumlah Nagari

Senin, 16 Desember 2024 - 00:12 WIB

Politisi Muda Itu Jadi Terdakwa, Prapid-nya Batal Demi Hukum

Senin, 9 Desember 2024 - 10:54 WIB

PWNU Sukses Helat Konferwil, Prof Ganefri Kembali Pimpin NU Sumbar

Jumat, 6 Desember 2024 - 17:42 WIB

Jika Orientasi-nya Untuk Kemaslahatan, Pencoblosan Kemaren Adalah Ibadah Massal Demokrasi

Jumat, 6 Desember 2024 - 13:09 WIB

Hasil Rekapitulasi KPU Payakumbuh, ZuZema Unggul

Berita Terbaru

Ekslusif

Politisi Muda Itu Jadi Terdakwa, Prapid-nya Batal Demi Hukum

Senin, 16 Des 2024 - 00:12 WIB