Oleh : Akmal Hadi,S HI,M.Pd.Gr *)
Jika pergi berburu Kijang
Jangan lupa membawa Tali
Sekalipun tinggi bisa terbang
Selalu ingat pernah jadi Santri
PERTEMUAN pada saat jam kerja bagi seorang pejabat adalah agenda protokoler yang seharusnya sudah tertulis dalam agenda tetap dan schedule yang jelas dan ini adalah suatu S.O.P maupun protap jelas, kecuali jika hal ini bersifat emergency dan serba dadakan, biasanya untuk yang dadakan adalah berlaku bagi internal pada lingkup wilayah kerjanya ataupun instruksi seorang presiden melalui lisan sang Menteri, minimal instruksi eselon 1 pada tingkat Dirjend di kementerian tertentu, namun tidak demikian halnya dengan sang Pejabat nomor wahid di Provinsi Riau ini, beliau adalah Gubernur “nyantri” yang terlihat tawadhu’ dan bersahajanya beliau, adalah suatu hal yang tak “dinyana” sebelumnya.
Beliaulah Abdul Wahid yang saat ini merupakan Umaraa‘ “Gubernur provinsi Riau, kami bangga dan relung hati kami terasa penuh, terlebih ketika melihat rendah hatinya “sang Gubernur”, kebanggaan itu sama halnya berbangga-nya masyarakat penghuni negeri yang berjuluk “Lancang Kuning” ini.

Gubernur-nya seorang santri, sabdanya adalah sabda Santri, wajah politisi-nya didominasi aura seorang ‘ulama dan faqih (orang paham syar’), suatu kehormatan bagi kami dari beliau, ketika silaturrahmi kami diterima dengan penuh keramah tamahan, dihiasi dengan wajah sumringah yang jernih tulusnya sang Gubernur, dan sekaligus penghormatan juga untuk beliau Gubernur dan Santri Kami.

Kami hanya berucap Syukran Katsiraa pak Gubernur, tabarakallah ilaik, alhamdulillaah.
Dikutip dari bualbual.com, diketahui Abdul Wahid pada fase kecilnya, dilahirkan di Desa Belaras, yang sekarang dikenal sebagai Desa Cahaya Baru di Dusun Anak Peria, Kecamatan Mandah, Indragiri Hilir, Riau.
Saat Abdul Wahid berusia 40 hari, keluarganya pindah ke Sungai Simbar, yang kini menjadi Desa Simbar di Kecamatan Kateman, untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit.
Pendidikan Dasar dan Menengah dikecap dari Desa Sungai Simbar yang terpencil, Abdul Wahid menjalani masa kecilnya yang penuh suka dan duka, di sinilah ia menyelesaikan pendidikan dasarnya, dari SD hingga Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Setelah lulus MTs, Abdul Wahid memiliki tekad kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau MA di luar desa, la sempat bersekolah di MAN 1 Tembilahan, namun hanya bertahan satu catur wulan sebelum memutuskan untuk mengikuti sepupunya, Marbawi, yang sedang mondok di Pesantren Ashabul Yamin Lasi Tuo, Kecamatan Ampek Angkek Candung, sekarang Kecamatan Candung, Kabupaten Agam.
Penulis adalah salah seorang ustadz (pengasuh plus guru) di Pondok Pesantren Ashabul Yamin Lasi Kabupaten Agam saat ini, dari ratusan santri ketika itu ditempat dimana “nyantri-nya” Sang Gubernur adalah salah seorang juga dari sekian banyak murid dari pondok pesantren tradisional yang di Pimpin Ulama kharismatik di Kabupaten Agam, beliau Sjech Abuya H.Zamzami yang sekaligus merupakan orang tua kandung dari penulis.
Kami berbangga, keluarga besar pondok merasa dipuncak saat mendapati kabar santri kami bisa jadi umara‘ dimana-mana apalagi provinsi Riau merupakan salah satu dari provinsi maju dan berkembang yang dihuni oleh majemuk suku dan ras dari seluruh Nusantara ini, terutama kebanggaan itu dirasakan raiisul ‘aam saat ini, ya itulah penulis sendiri, terutama beliau ayahnda sang pendiri Pondok bahwa alumni kami ternyata bisa meng-kepalai provinsi yang dihuni lebih kurang 7.069.297 jiwa penduduk.
Gubernur adalah raaisul ‘aam-nya sebuah provinsi yang besar kota maju dan kota berkembang, sedangkan Penulis adalah raaisul ‘aam-nya pondok dimana Sang Gubernur merupakan salah satu alumni dan pernah jadi santri kami, kami berbangga dan harapan tentunya, keberkahan suatu ‘ilmu adalah keberkahan dan ridho-nya sang guru terutama ridho-nya kedua orang tua.
Terakhir, untuk pak Gubernur, moga diberkahi dan selamat dalam karier dengan penuh taufiq serta ‘inayah-Nya dalam amanah sebagai “Umaraa’, doa kami dari para asaatidz dan keluarga pondok pesantren Ashabul Yamin, semoga pak Gubernur tetap dalam Ridho serta bimbingan-Nya, Aamiin[]
*) Penulis adalah Raaisul ‘Aam Pondok Pesantren Ashabul Yamin Lasi Kabupaten Agam, dan Ketua PCNU Agam.