Ponpes Itu, Arena Tempat “Cikal Bakal” Lahirnya Entrepreneur Yang Mandiri

- Jurnalis

Minggu, 4 Agustus 2024 - 09:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh ; Akmal Hadi,S.HI,Gr,M.Pd*)

BUKAN hanya dari sekarang, bahkan sudah semenjak lama untuk menyebutkan bahwa Pondok Pesantren adalah suatu cara untuk mendidik dan menggambleng santri dalam membina dan membentuk karakternya agar jadi orang mandiri dan berusaha tanpa mengeluh, dan akhirnya dibuktikanlah bahwa pondok Pesantren itu tempat menjadikan alumninya enterpreneur yang ber-evolusi dari hari ke hari ,dari  bulan ke satu semester, dan sampai lah di ujung masa akhir pendidikan sekarang disebut dengan wisuda, tapi untuk kebanyakan pondok pesantren masa akhir di Pondok itu disebut dengan “Pra Ijazah” atau Perayaan pemberian Ijazah, bukan menyebutkan dengan “wisuda”.

Cuma saja, karena alumni Pondok Pesantren seringkali melanjutkan pendidikan tinggi yang bersifat lineir dengan ilmu pondoknya, seperti masuk ke PTA (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), karena bersifat lineir-nya memang begitu, padahal untuk berlanjut ke perguruan tinggi konvensional sekalipun (sebut perguruan tinggi Umum misalnya), tidak ada yang menghalanginya dan tidak merupakan akbaarul kabaair (dosa besar), karena alumni Pondok Pesantren biasanya sudah punya karakteristik siap tempur untuk seluruh lini peradaban yang akan dihadapinya, dan tak heran, alumni pondok pesantren bisa tumbuh subur dan berkembang diberbagai arena permainan “khazanah ilmu” dan berkiprah di lapangan bebas dengan berbagai skill yang mereka miliki tanpa hambatan sama sekali.

Enterpreneur untuk bahasa sekarang, adalah sebuah sebutan bagi Gen-Z, mungkin untuk yang meng-klaim dirinya sebagai Generasi Terakhir (Gen-Z), adalah Para Pengusaha sukses dengan mandiri tanpa secuil keluhan yang mereka dengarkan— tentu saja ini tergantung kepada hobi dan cita-cita yang mereka inginkan dan hendak dituju-nya sesuai watak bawaan.

Mengingat dan ternyata kearifan lokal pondok pesantren dengan pola mandiri yang ditanamkan,  begitu berstatus “boarding school“, atau penempatan “ber-asrama”, maka perbedaan nya akan terlihat jelas jika melihat kepada konsep Indekost/kos—apatah lagi jika penempatan “pemondokan” ternyata masih berada dipangkuan kedua orang tua, maka perbedaan signifikan akan terlihat jauh, jika berbanding “boarding school” untuk santri golongan Elit Ekonomi, dengan “Pemondokan Asrama”, —-kenapa tidak, ya karena semuanya melihat dari pola mandiri asrama akan berbeda dengan konsep boarding school yang sesungguhnya, untuk kalangan tertentu dan meskipun arti sesungguhnya boarding school adalah “peng-asramaan” juga.

Baca Juga :  Bupati Sambut Kepulangan Ratusan JH Asal Tanah Datar

Perbedaan antara keduanya (boarding school Vs Asrama Pondok) itu sangat jauh, jika merujuk kepada konsep awal di-gaung-kan-nya “Boarding School”.

Identiklah sebutan “Boarding School” dengan; “Santri/siswa” diasramakan dan hanya bertugas belajar, menghafal, mencuci pakaian, dan jika makan sudah tersedia tinggal menunggu schedule makan secara serentak”, maka hal ini akan berbeda banyak dengan sebutan “Pemondok/Asrama”, jika melihat konsep awal “Pemondokan/Asrama”; Semuanya secara include ; adalah schedule rutin santri pondok, masak, sendiri, makan sendiri, menghafal dan muraja’ah dengan ustad/ guru asrama.

Perbedaannya sekalipun hanya sebatas “antara masak makan sendiri” versus “masak makan dijadwalkan pengasuh boarding School”—- dan meskipun hanya “sebatas” itu, tapi kredit poin (pointer credits-nya) sangat jelas dengan serba sendiri daripada setengah-setengah tetap sendiri.

Output antara kedua yang hampir sama pola “pemondokan” itu akan berbeda hasilnya, Boarding School vs Pemondokan Asrama—- jangan kita mempersamakan antara kedua, tapi fakta penyebutan kedua konsep “Boarding School” dengan “Tinggal di Asrama kan” selalu dianggap sinonim oleh kebanyakan orang—-karena “Penggiat Pondok” identik dengan “Asrama” dan Boarding School identik dengan Modernisasi namun minta disamakan sebutan kedua hal tersebut.

Penggiat Pondok natural akan merasa alergi dengan sebutan Santri Pondok-nya dengan Pemondokan “Boarding School” , namun konsep klasik Pemondokan bagi Naturalism “Pemondokan” disebut dengan Asrama, tidak menyebut dengan istilah “Boarding School”.

Baca Juga :  Petahana Menang Vs Rompi Orange, Runner up Nunggu Taqdir

Nah, pembahasan yang bersifat “Khaas” (khusus) dalam tulisan ini adalah dengan konsep “Pemondokan Santri Ber-asrama” tidak sama engan “Boarding School” kekinian.

Kolaborasi antara pemahaman penulis dengan tetap pada sebutan “Pemondokan” adalah “Asrama” bukan yang lainnya, maka konsentrasi full penulis adalah “Enterpreneur Sukses adalah cikal bakal  lahirnya dari santri pondok yang berdomisili di Asrama dengan pola full kemandirian penghuni Pondok dengan konsep full mandiri dan bertanggung jawab”.

Dari hasil penelitian penulis, terhadap banyak Pemondok Santri terutama pemondokan klasik bukan Pemondok modern (sebut berbasis Boarding School), kita akan konsentrasi dengan Pemondokan klasik yang berjibaku dan Istiqomah dengan pemahaman ahlussunah waljamaah, adalah sebuah ikhtishar bahwa di pemondokan santri “ber-asrama” jauh lebih tertanam konsep mandiri dan berdikari.

Maka tak ayal, ketika alumni hasil pemondokan asrama jauh lebih sukses dengan usaha mandiri dan berdikari-nya ketika jadi pengusaha (baca; jika tidak bekerja di institusi pemerintahan), hal ini disebabkan karena terapi yang dijalani pada fase pemondokan berbuah dan punya hasil yang manis.

Tak bertujuan mendiskreditkan bentuk dan pola pemondokan lain selain dari “pemondokan asrama klasik”, justeru ini sebuah cambuk untuk mengakui sesungguhnya bahwa Pemondokan Asrama klasik akan punya natijah tersendiri tentang kemandirian alumni-nya dibanding boarding school, sehingga pengusaha yang berbasis Syar’i yang ada saat ini, terpantau bahwa kebanyakan mereka berlatarbelakang pendidikan “pondok” minimal pernah di-gambleng disebuah pemondokan Ber-asrama a-la klasik[]

*). penulis adalah Magister Program Pasca Sarjana UIN Bukittinggi, dan Ketua FKPP Sumatera Barat, Yang Saat ini Menjabat Sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Ashabul Yamin,Lasi-Agam.

Berita Terkait

Agar Terpatri dan Empaty-nya Dengan Jiwa Kebangsaan, SDN 01 Lima Kaum Ajak Siswa Nyanyikan Lagu Kebangsaan
Alam Takambang Jadi Guru: Revitalisasi Filosofi Pendidikan Minangkabau dalam Konteks Modern
Mewujudkan Pembelajaran PAI Yang Mendalam dan Bermakna di Era Modern
Khatam Qur’an ;  Fase Didikan Awal
Kenakalan Anak dan Remaja: Memahami Akar, Merajut Solusi Komprehensif
HARDIKNAS Sebuah Momentum Evaluasi Pencapaian Mutu Pendidikan
Refleksi 66 Tahun Hardiknas, Evaluasi Terhadap Pola Didik Diera Digital
Jangan Didik Anak Nakal Dengan Tentara
Berita ini 127 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 8 Mei 2025 - 00:45 WIB

Alam Takambang Jadi Guru: Revitalisasi Filosofi Pendidikan Minangkabau dalam Konteks Modern

Selasa, 6 Mei 2025 - 12:10 WIB

Mewujudkan Pembelajaran PAI Yang Mendalam dan Bermakna di Era Modern

Sabtu, 3 Mei 2025 - 12:23 WIB

Khatam Qur’an ;  Fase Didikan Awal

Jumat, 2 Mei 2025 - 15:16 WIB

Kenakalan Anak dan Remaja: Memahami Akar, Merajut Solusi Komprehensif

Jumat, 2 Mei 2025 - 10:37 WIB

HARDIKNAS Sebuah Momentum Evaluasi Pencapaian Mutu Pendidikan

Berita Terbaru

Kab. Tanah Datar

Wabup Buka Sosialisasi Relokasi Mandiri, Ini Kata Wabup

Kamis, 8 Mei 2025 - 21:09 WIB

Ekslusif

Ikhlaskan Niat Hajji-mu, Yang Mabrur Itu Berbalas Ketaatan

Kamis, 8 Mei 2025 - 13:01 WIB