Tarung Taring Politik = Tarung “Uang”, Mau…[?], Beli Dong…!!!

- Jurnalis

Jumat, 19 Juli 2024 - 19:18 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Bung eM (Pemred]

Part  I

DULU, Ya..era dulu kala, awal reformasi 1998 (vide ; Pemilu 1999), bahkan sampai pada pemilu tahun 2019 (Pileg) dan Pilkada juga (tahun 2020), pemegang peran penting dalam setiap suksesi Pileg dan Pilkada ada dua ; pertama ; Kharismatik, kedua ; Uang.

Posisi untuk peran kharisma calon ada pada tiga posisi— pertama karena berstatus Incumbent, kedua karena punya relasi banyak, sebagai akibat dari tingkat sosialnya yang tinggi, terus yang ketiga adalah uang, namun yang ketiga (uang) untuk calon kharismatik ini tidak dominan, saking tidak dominannya, loper koran, tukang becak, dan sopir angkot sekalipun bisa menduduki kursi legislatif maupun eksekutif waktu itu.

Sekali lagi ini pada paruh awal reformasi, sampai reformasi kita berusia menjelang aqil baligh 17 -18 tahun.

Pada awal reformasi saja, ada agen bus dari terminal yang jabat anggota legislatif, bahkan pada beberapa kabupaten kota di Sumatera Barat ada yang tempati unsur pimpinan dewan untuk tingkat kabupaten dan kota.

Semuanya karena kharismatik dan relasi, disaat konstituen (rakyat) terutama grassroot lebih memilih tokoh dan kedekatan personality antara calon baik legislatif maupun eksekutif.

Untuk era-hampir full kepintaran dan cerdasnya politik warga, faktor relasi tidak menjanjikan, kharismatik sering jadi bahan olok-olokan, dan berjiwa sosial terlalu ber-empati dengan masyarakat disebut dengan “pencitraan”, semuanya sudah ada dalam penilain ekstra bebas-nya masyarakat bahkan sekelas grassroot sekalipun—- hanya punya satu konsep ” adakah fulus?”, dan sejumlah pundi-pundi yang “gendut”[?].

Baca Juga :  85 Persen Pengetahuan Wali Nagari Diperdapat Dari "Bimtek"

Pileg di tahun 2024 kemaren, seorang teman saya, lebih dari 15 tahun mengabdi sebagai fitrah/ naluri kebiasaan baiknya ditengah-tengah masyarakat, mulai dari “tunggang langgang”, siang malam, pagi sore, bergumul dengan aktivitas masyarakat, “donor darah”, bezuk orang sakit, melayat ke rumah duka, aktif dalam bermasyarakat, gotong royong, ronda malam saat dibutuhkan, pembina marbot untuk beberapa masjid dan mushalla, serta “guru ngaji” dilain kesempatan, dan jadi starring comitee pada kegiatan MTQ tingkat kecamatan, dan berbagai aktivitas sosial lainnya—- sekaligus tak bernoda dan ber-aib sepanjang hayatnya yang terpakai.

Naif….ikut sebagai peseta pileg tahun 2024 sebagai calon anggota legislatif (caleg) disalah satu parpol peserta pemilu untuk DPRD tingkat kabupaten dengan nomor urut “Wahid” yang tidak ada melebihi kehebatannya di parpol tersebut, nyatanya “Jangankan dipilih orang banyak dengan perolehan suara signifikan lebih, saksi yang ditunjuk baik dari partai- nya maupun dia yang menunjuk sendiri-pun tidak ikut memilih dia”, alhasil perolehan suara tidak lebih dari 50 suara, nauzubillah

Akhirnya, sang caleg, dongkol, jengkel, full kecewa berat, dan tentu saja sang caleg merenung dan koreksi diri, dengan cara muhasabah “ngaji” tentang dirinya dan prilaku, dan bahkan “amunan” atas tingkat sosial dan pergaulan selama ini adalah sia-sia belaka dan tidak memberikan manfaat secuil -pun terhadap kelangsungan hidupnya sebagai calon anggota dewan yang merupakan penyambung lidah konstituen.

Baca Juga :  Jadi Kepala Daerah Bukan Jabatan Coba-coba

“Tidak nasib untuk duduk di dewan” , gumam-nya.

Pengalaman empiris waktu itu, adalah cerminan berbanding terbalik dengan era awal-awal reformasi sebagaimana disebutkan di atas tadi ——untuk sekarang , saat ini, pileg maupun Pilkada, keduanya butuh “Uang” dan tak cukup hanya relasi maupun kharismatik dan jiwa korsa sosial ekstra tinggi di handalkan, yang didepan itu  adalah “UANG”.

———————————————–Next…

Hari ini, efektif waktu untuk songsong Pilkada, yang kabarnya akan dihelat secara serentak di Sumatera Barat dan kabupaten kota lainnya di Indonesia juga termasuk beberapa Provinsi, terjadwal November 2024 —- Jika terjadwal November 2024 artinya efektif waktu hanya 3 bulan untuk pencoblosan, dan 1 bulan adalah masa pilih pilah parpol pendukung dan parpol pengusung.

Parpol “Pengusung” tidak penting, karena hanya Parpol “burem”, parpol kecil tak punya kiblat yang jelas, tak punya kader/ figur yang layak jual, punya kursi atu dan uwa (Satu dan Dua) di legislatif —- namun yang terpenting dan terutama adalah Parpol Pendukung untuk pencalonan dan daftar ke kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.

Psikologi-nya, kenapa sampai hari ini Bursa calon belum berani tampil dengan Parpol atau Pasangan-nya[?], jawabannya ; Mereka malu dan khawatir akan dipermalukan, itu saja, tak lebih dari itu….

Bersambung……….

Berita Terkait

Politisi Muda Itu Jadi Terdakwa, Prapid-nya Batal Demi Hukum
Jika Orientasi-nya Untuk Kemaslahatan, Pencoblosan Kemaren Adalah Ibadah Massal Demokrasi
Hasil Rekapitulasi KPU Payakumbuh, ZuZema Unggul
Akmal Hadi : Pilkada Usai Sama Halnya “Biduk Lalu Kiambang-Pun Bertaut”
Pilkada Usai, Janji Kampanye Segera Ditunaikan
Peramal Tak “Meramal”;Pemenang Pilkada Adalah  Yang “Sholeh dan Cerdas”
Anak Nagori Koto Nan Ompek Sepakat  Dukungan Al-JH
Riza Falepi Dukung Penuh Supardi-Tri Bangun Payakumbuh
Berita ini 58 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 16 Desember 2024 - 00:12 WIB

Politisi Muda Itu Jadi Terdakwa, Prapid-nya Batal Demi Hukum

Jumat, 6 Desember 2024 - 17:42 WIB

Jika Orientasi-nya Untuk Kemaslahatan, Pencoblosan Kemaren Adalah Ibadah Massal Demokrasi

Jumat, 6 Desember 2024 - 13:09 WIB

Hasil Rekapitulasi KPU Payakumbuh, ZuZema Unggul

Senin, 2 Desember 2024 - 09:47 WIB

Akmal Hadi : Pilkada Usai Sama Halnya “Biduk Lalu Kiambang-Pun Bertaut”

Jumat, 29 November 2024 - 11:32 WIB

Pilkada Usai, Janji Kampanye Segera Ditunaikan

Berita Terbaru

Ekslusif

Politisi Muda Itu Jadi Terdakwa, Prapid-nya Batal Demi Hukum

Senin, 16 Des 2024 - 00:12 WIB