Setahun Bencana Galodo, Ribuan Hikmah Yang Kita Petik

- Jurnalis

Minggu, 11 Mei 2025 - 09:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Ustad Akmal Hadi,S.HI,M.Pd, Gr

[Raisul ‘aam Pondok Pesantren Ashabul Yamin Lasi dan Ketua PCNU Kabupaten Agam]

“….Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka.” (QS.3 : 191)

MALAM itu, Sabtu, 11 Mei, 2024 , persis tanggal 03 Dzulqaedah 1445 Hijriah, rentang pukul 21.00-21.30 Wib, sontak warga di sekitaran lereng merapi terkejut dan buncah, diawali  sore harinya hujan gerimis pada sebagian wilayah di sekitaran merapi, yang rapat dan terkesan awet, sementara di hulu juga terlihat mendung berat yang menggelantung menyelimuti kaki dan lerengnya gunung merapi Sumatera Barat, seperti biasanya, bahkan tergolong kepada cuaca “biasa-biasa” saja, seperti hari-hari yang pernah kami lewati saban tahunnya.

Pemandangan itu juga terlihat pada daerah yang persis mengelilingi Gunung Api Aktif Sumatera Barat itu,  seperti Padang Panjang, Tanah Datar dan juga Kabupaten Agam, hal ini (cuaca) seperti itu terkesan lumrah bin lazim, dan tidak ada yang menjolok dengan mengenali tanda-tanda khusus akan terjadinya musibah yang akhirnya luluh lantakan sejumlah nagari, dan kecamatan yang ada di tiga Kabupaten persis berada di lereng Gunung merapi dengan formasi ketinggian 2.851 mdpl, dengan kemiringan rata-rata 35-55 dc.

Tercatat dalam beberapa kabar pemberitaan sejumlah media massa cetak maupun online, dan tak terkecuali catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tiga Kabupaten tersebut, bahwa dinyatakan sebanyak 61 orang korban meninggal dan 14 orang lainnya dilaporkan hilang, korban terbanyak berasal dari Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam.

Uraian air mata tak terbendung, mengucur melebihi derasnya anak air yang berhulu dari Gunung Merapi yang disebut sebagai “Pasak Kungkuong-nya” Agam dan Tanah Datar itu dan kehilangan nyawa dari saudara dan kerabat kita adalah juga merupakan saudara kita semua ,”Sapiciek Sapadieh“, “Saudara Meratap, Kita menangis”, duka mereka adalah duka kita semua, kerugian materi tak terhitung dengan angka-angka, hanya dua mascot yang populer waktu itu ; pertama ;  Galodo Sumbar adalah Musibah Nasional, Kedua ;  Mari galang Donasi “Ranah Minang Menangis”.

Baca Juga :  Kejari Tanah Datar Beri Kejutan Akan Ungkap Kasus Hukum Pada Tahun 2025

Sepikul Sejinjing, seberat seringan , di-klaim sebagai bencana Nasional, donasi berdatangan baik dalam daerah, luar daerah (Regional), bahkan sampai luar negeri-pun suara “Bencana Nasional” yang digaungkan didengar oleh para dermawan dan pemerhati jiwa kemanusiaan dari luar negeri sekalipun, Masyaallah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) beserta jajaran Relawan Kemanusiaan lainnya punya atensi khusus guna sikapi bencana yang jadikan ribuan jiwa terdampak, baik langsung maupun tidak langsung di Sumatera Barat, Sumatera Barat berduka dan Ranah “Bundo” Minang menangis.

Astaghfirullah al’adzhiim, kesalahan apa yang telah kami perbuat, sengaja atau terkhilaf, tersulut atau kesadaran murni, bukan karena terpaksa, untuk itu ampuni dan maafkan kami ya Rabb, …walaa tuhammilnaa maalaa thoqotholanaa bih…yaa Ghoffaar, yaa ‘afuuwwunkariim.

Menjelang tengah malam, Sabtu (11/5/2024) sangat mengerikan, hari ini adalah tepatnya 1 tahun Galodo Merapi itu, gemuruh air bah, yang membawa aneka material, sejak dari rumpun bambu potongan kayu, batu-batu besar, begitu mengejutkan warga.
Banyak warga berhamburan menyelamatkan diri, namun ada pula yang tak sempat berbuat apa-apa, karena arus air bah begitu cepat menghanyutkan mereka, berikut rumah dan harta benda mereka.

Baca Juga :  Pemondokan ;  (Pendidikan Pondok) Alternatif Tepat Untuk Dzurriyat Kedepannya

Disebutkan, bahwa banjir bandang lahar dingin di Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 11 Mei 2024 itu berasal dari sungai-sungai yang berhulu di Gunung Marapi,  Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa aktivitas vulkanik di Gunung Marapi meningkat signifikan sebelum banjir terjadi, ditambah tingginya curah hujan yang mengkhawatirkan kestabilan lereng gunung, air hujan yang bercampur dengan material vulkanik dari erupsi menghasilkan lahar dingin yang mengalir cepat turun dari lereng gunung, menyebabkan kerusakan besar di beberapa desa dan infrastruktur di Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Padang Panjang (sumber: BMKG)

Tak bermaksud meratapi dan memancing tangis berulang, namun ada sejumlah hikmah yang dapat kita petik dari bencana itu, bahkan ribuan hikmah, bahkan tidak terhitung sama halnya kita tidak bisa menghitung nikmat dan rahmat dari NYA, namun yang perlu diyakini dan haqqul yaqiin dengan musibah yang kapan saja bisa menimpa siapa saja, dimana saja, dengan tetap berdoa kepada NYA, Robbanaa laaa tu’ akhidznaa innasiina aw akhtho’naa, yaa Tuhan Kami, jangan Engkau hukum kami atas alpa dan kesalahan kami ..

Terakhir, sembari kita berlindung kepadaNYA agar senantiasa kita terhindar dari balaa dan bencana, karena kasih sayang-NYA (Rahmaan dan Rahiim-NYA) akan tetap melebihi amarah dan murka-Nya.

Tanbih

ẓaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi liyużīqahum ba’ḍallażī ‘amilụ la’allahum yarji’ụn (Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

(Qs.Arrum ayat 41).

Berita Terkait

Selain Berbahasa Melayu, Disdik Riau Intens Dengan Program Bahasa Asing
Pengabdian Terbaik Untuk Kemajuan Pendidikan Provinsi Riau
Ketakutan Adalah Beban Pribadi, Keberanian Adalah Hadiah untuk Dunia
Saatnya Indonesia Merawat Optimisme dengan Aksi Nyata
Pendidikan Berbasis Kebijaksanaan :  Solusi Rasulullah untuk Masalah Kenakalan
Remaja
Kurikulum Cinta, Implementasi Terhadap Toleran Dalam Keberagaman
Gerindra Tanah Datar Segera Tempati Kantor Refresentatif
Pendidikan Karakter di Era Digital: Tantangan dan Strategi di Lingkungan Pesantren
Berita ini 65 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 1 Juni 2025 - 11:29 WIB

Selain Berbahasa Melayu, Disdik Riau Intens Dengan Program Bahasa Asing

Rabu, 28 Mei 2025 - 23:06 WIB

Pengabdian Terbaik Untuk Kemajuan Pendidikan Provinsi Riau

Sabtu, 24 Mei 2025 - 22:35 WIB

Ketakutan Adalah Beban Pribadi, Keberanian Adalah Hadiah untuk Dunia

Sabtu, 24 Mei 2025 - 13:13 WIB

Saatnya Indonesia Merawat Optimisme dengan Aksi Nyata

Sabtu, 24 Mei 2025 - 12:04 WIB

Pendidikan Berbasis Kebijaksanaan :  Solusi Rasulullah untuk Masalah Kenakalan
Remaja

Berita Terbaru

Ekslusif

Pengabdian Terbaik Untuk Kemajuan Pendidikan Provinsi Riau

Rabu, 28 Mei 2025 - 23:06 WIB

Ekslusif

Saatnya Indonesia Merawat Optimisme dengan Aksi Nyata

Sabtu, 24 Mei 2025 - 13:13 WIB