Oleh: Revi Marta Dasta *)
BANG Sabar AS, saya kenal sekitar tahun 2003 ketika beliau terpilih sebagai Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (Badko HMI) Sumbar. Pria yang lahir di Rao Pasaman 48 tahun silam ini merupakan aktivis yang gigih dan selalu berpenampilan rapi serta memiliki aura kepemimpinan kharismatik yang sudah muncul sejak muda.
Komitmen beliau terhadap organisasi tidak diragukan lagi. Bahkan Ia rela menjual handphone, satu-satunya barang berharga ia memiliki demi melunasi kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan. Ada guyonan dari teman-teman beliau, jika ada kegiatan HMI maka Bang Sabar akan sulit dihubungi, karena HP nya sudah dijual demi menutupi kekurangan biaya.
Bang Sabar AS merupakan pribadi yang sabar sesuai nama yang diberikan orangtuanya. Penampilannya tenang, langkahnya terukur dan selalu sabar menunggu momentum. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya Ketua Umum Alumni UIN Bukittinggi ini menjadi anggota DPRD Sumbar selama tiga periode. Ia merupakan anggota dewan Pengganti Antar Waktu (PAW) pada periode pertamanya yang dilantik diusia 32 tahun.
Uniknya Bang Sabar AS berada pada posisi keempat raihan suara pemilu 2009 dari Partai Demokrat. Ia menggantikan anggota DPRD yang meninggal dunia karena sakit.
Bang Sabar AS telah menjelma sebagai politisi ulung. Suami dari Deni Novia ini memiliki komitmen yang kuat merawat konstituennya dengan dedikasi yang tinggi terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Sehingga tidak heran jika suaranya dari pemilu ke pemilu selalu mengalami peningkatan.
Tahun 2021 Sabar AS dilantik sebagai wakil bupati mendampingi Benny Utama. Beliau belajar banyak tentang tentang kepemimpinan dan pengalaman membangun kabupaten Pasaman dari Benny Utama, seorang politisi senior yang sekarang sudah terpilih sebagai anggota DPR RI.
Selama menjabat sebagai bupati Pasaman, komitmen Bang Sabar AS terhadap keumatan selalu menjadi perhatiannya. Alumni MAN Koto Baru Padang Panjang ini selalu hadir setiap sholat berjamaah subuh di mesjid yang berbeda di Kabupaten Pasaman. Karena menurutnya mesjid bukan hanya tempat sholat tetapi juga sebagai tempat pendidikan umat serta sarana membentuk dan meningkatkan ketakwaan umat.
Komitmennya terhadap pemberdayaan umat tersebut merupakan sesuatu yang lumrah dalam pribadi Sabar AS yang sudah dilakoninya sejak menjadi aktivis islam. Semoga komitmen yang tinggi terhadap kepentingan umat selalu menjadi perhatian serius Bang Sabar AS selama memimpin Pasaman. Apalagi saat ini Sumbar masih dihantui dengan persoalan krisis budaya, LGBT, narkoba, tawuran antar pelajar dan penyimpangan sex. Hal tersebut salah satunya bisa diberantas dengan kembali penanaman nilai-nilai agama dan adat serta budaya kepada masyarakat[]
*). Penulis adalah Pembina Yayasan Zona Cakrawala.